Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Maret 2025. Langit Jakarta mencoretkan warna jingga yang temaram, seakan ikut merayakan sesuatu yang hanya ada setahun sekali, tepatnya mendekati momentum lebaran.
Gudskul Ekosistem adalah tempat sakral bagi kelompok yang peduli akan koletivisme kesenian, ia menjelma menjadi panggung kecil kehidupan.
Tanggal 22 maret tepatnya, Holy Market menjadi salah satu bagian penting di Gudskul Ekosistem. Ia muncul sebagai oase yang menghubungkan kesenian dengan jiwa-jiwa yang merindukan kebersamaan.
Holy Market merupakan pasar yang memadukan penjualan karya seni, produk kreatif, dan barang secondhand para seniman dan komunitas seni yang berada di Jakarta dan sekitarnya.
Program ini menjadi wadah untuk mempromosikan karya baru dan berkolaborasi antar unit usaha agar tetap berlangsung.
Mulanya, Holy Market ini diadakan sebanyak dua kali dalam setahun, saat idul fitri dan natal. Dalam kesempatan kali ini, hanya berlangsung pada momentum perayaan idul fitri.
Dalam momentum langka dan bergairah ini, berbagai karya seni dipamerkan. Di sana tampil gerobak dengan alat musik yang penuh kenangan, serta buku-buku hasil kolaborasi dengan patjarmerah.id.
Tak hanya pameran karya seni yang ditampilkan, mulai dari tradisional hingga kontemporer. Tetapi, ada juga bincang buku Pacar Merah Indonesia karya Matu Mona bersama patjarmerah.id, banana, dan Jurnal Karbon.
Matu Mona atau Hasbullah Parinduri merupakan sastrawan Indonesia yang namanya sangat menjulang tinggi melalui banyak karya-karya sastranya, salah satunya adalah Pacar Merah Indonesia ini.
Bincang buku ini bertema “Kosmopilit: Jelajah Nusasia di Era 1930-an”. Diskusi ini dimeriahkan oleh Rita Matu Mona, Berto tukan, Ardi Yunanto sebagai narasumber. Sedangkan Bagus Purwoadi selaku moderator diskusi buku tersebut.
Buku yang ditulis oleh Matu Mota ini merupakan romansa sejarah yang sedikit banyaknya menceritakan tentang tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia di era kolonialisme.
Berto selaku narasumber sangat merekomendasikan buku Pacar Merah ini. Menurutnya buku ini masih sangat layak untuk dibaca oleh generasi-generasi muda khususnya. Terlebih lagi kalau ingin dijadikan referensi penelitian.
Rita Matu Mona yang merupakan bagian langsung dari Matu Mona. Beliau merasa bangga karena buku ini di cetak kembali dengan packaging yang lebih bagus dari sebelumnya. Karena jika membahas Tan Malaka tidak ada rujukan lain kecuali Pacar Merah Indonesia karya Matu Mona ini.
Holly Market sebagai panggung Utama mengajarkan bahwa karya seni bukanlah benda mati yang hanya dibeli dan dipajang. Melainkan sebuah proses hidup yang mengalir dari benak dan perasaan.
Di sinilah, setiap karya seni mendapatkan kekuatan melalui interaksi. Berupa sapaan hangat antar penjual dan pengunjung, ataupun obrolan ringan terkait karya seni yang menyelinap masuk ke dalam lubuk hati.
Acara yang dilaksanakan selama dua hari, tepatnya 22-23 Maret kemarin bukan sekedar acara kesenian semata, Holy Market Vol. 31 menginspirasi kita untuk memandang pasar dan ruang publik dengan perspektif yang mendalam.
Di tengah modernitas yang perlahan mengikis empati, ruang semacam ini menjadi pengingat bahwa kebersamaan dan kreativitas selalu menemukan jalannya di setiap sudut-sudut kota.